News

Abaikan Layanan Streaming Musik, Taylor Swift Ditegur Pendiri Spotify

15 November 2014

Mengaku ingin sedikit bereksperimen, Taylor Swift menarik seluruh karya-karyanya dari situs Spotify minggu lalu. Tak lama, Daniel Ek selaku pendiri layanan streaming musik internasional tersebut melayangkan respon negatif, dengan menyebut tindakan Swift itu sebagai satu kesalahan besar.

Lewat unggahan anyar di blog resmi Spotify, Daniel menuturkan bahwa musisi seharusnya memandang situs layanan streaming berbayar, laiknya Spotify, sebagai sarana untuk bertahan di era pembajakan, bukan sebaliknya.

“Kami mendorong penggemar untuk kembali membeli musik,” terangnya, seraya memaparkan bahwa Spotify setidaknya mampu mengumpulkan 2 miliar dollar AS (Rp 24 trilyun) dari sekitar 50 juta penggunanya sebagai royalti untuk industri musik.
Ia juga membela argumennya tersebut dengan mengutip kata-kata Quincy Jones, produser papan atas yang pernah menggarap album Thriller dari Michael Jackson, yang berbunyi,“Spotify bukan musuh, pembajakanlah musuh sebenarnya.”

“Pembajakan tak menghasilkan bayaran sedikitpun pada musisi,” lanjutnya, tentang bagaimana album terbaru Swift, 1989, justru banyak tersedia gratis pada sederet situs musik resmi lain seperti YouTube dan Soundcloud, hingga yang condong ilegal, seperti Pirate Bay.

“Kami berkerja siang dan malam untuk mengembalikan kembali uang milik para musisi dan bisnis musik yang dicuri oleh pembajakan,” imbuh Daniel.

Sebagai salah satu bintang pop terlaris saat ini, Swift memang merupakan salah satu aset terbesar dari Spotify dengan jumlah pengakses karyanya yang mencapai 16 juta orang selama 30 hari belakangan. Daniel pun mengaku perusahaanya berada di jalur yang benar untuk memberikan bayaran pada Swift dan labelnya di angka lebih dari 6 juta dolar AS (Rp 72 milyar), yang diestimasikan dapat berlipat ganda dalam waktu setahun.

Di lain pihak, Swift punya alasan sendiri untuk mengabaikan layanan streaming berbayar. Penyanyi berusia 24 tahun itu mengaku yakin bahwa album musik yang diproduksinya mampu menggaet para penikmat musik untuk rela membeli albumnya.

Sebelumnya, sejumlah musisi besar seperti di antaranya pentolan Radiohead, Thom Yorke, juga sempat mencabut karya-karya bandnya dari Spotify. Bahkan dalam sebuah wawancara dengan situs asal Meksiko, Sopitas, ia menukaskan, “Saya rasa, sebagai musisi, kita butuh melawan hal-hal seperti Spotify.” (rollingstone.co.id)