News

Ngayogjazz 2014 Digelar Hari Ini di Sleman

22 November 2014

Desa wisata Brayut, Sleman, akan kembali mengenyam atmosfir musik jazz yang semarak namun bersahabat. Kawasan yang kerap digunakan sebagai acara bercakup nasional dan internasional itu ditunjuk untuk kedua kalinya sebagai tuan rumah festival Ngayogjazz, yang kali ini hendak diselenggarakan pada Sabtu (22/11) ini.

Mengusung slogan berbunyi “Tung Tak Tung Jazz” yang dimaknai sebagai rangkaian bebunyian dari alat musik tradisional yang biasa menjadi sebuah intro, pergelaran Ngayogjazz tahun ini diharapkan mampu menjadi gerbang permulaan dari proses regenerasi musisi jazz dalam negeri, seperti diungkapkan dalam rilis pers yang diterima Rolling Stone.

Sejak pertama digelar pada 2007, Ngayogjazz konsisten mengusung visi untuk mendobrak stereotip musik jazz sebagai musik yang elitis dengan cara membawa musik jazz ke tataran yang lebih membumi, murah, mudah diterima, dan dekat dengan masyarakat umum.
Selain tetap tanpa memungut biaya tiket masuk—kecuali biaya parkir—kali ini pun pemilihan Desa Brayut sebagai tempat berlangsungnya acara kembali meneruskan tradisi Ngayogjazz untuk mengambil lokasi pedesaan yang asri dan jauh dari kepenatan perkotaan.
Dalam kiprahnya sebagai desa wisata dan kesenian, Desa Brayut memang dikenal terbuka dengan ragam aktivitas hiburan dan kesenian, seperti festival film Jogja Netpac Asian Film Festival, kompetisi olahraga regional, hingga pengambilan gambar untuk acara film televisi (FTV), termasuk tatkala menjadi tuan rumah yang nyaman bagi penyelenggaraan Ngayogjazz 2012 silam.

Bahkan, Budi Utomo selaku pengelola Desa Brayut, dalam konferensi pers yang digelar di kafe Momento, Yogyakarta, pada Kamis (20/11) lalu, menukaskan bahwa warga desanya—yang mayoritas sebelumnya masih asing dengan musik jazz—kini begitu antusias untuk menjadi tuan rumah kembali. “Ngayogjazz bagi kami bukan lagi sesuatu yang aneh, tapi suatu kebutuhan,” ujarnya.

Dari jajaran pengisi acara sendiri, Ngayogjazz 2014 menjanjikan lebih banyak ruang tampil bagi musisi-musisi belia, selain tentunya tetap menyajikan nama-nama besar seperti diantaranya Dewa Budjana, Balawan Trio, ESQI:EF (Syaharani and Queenfirworks), dan kelompok musik jazz asal Perancis bernama Mescal Jazz Unit.

Demi mempermudah keterjangkauan lokasi acara, kali ini Ngayogjazz menyediakan transportasi khusus bernama Shuttle Jazz dengan lagi-lagi tanpa dipungut biaya.
Shuttle Jazz akan mulai diberangkatkan menuju Desa Brayut pada pukul 11 siang dan terus beroperasi setiap 30 menit di dua titik pemberangkatan yaitu Bundaran UGM dan Yogyatorium. Informasi lebih lanjut dapat ditilik pada situs resmi ngayogjazz.com.

Pada konferensi pers yang sama, hadir juga sosok Fathorrahman Gufron, yang melihat Ngayogjazz sebagai sebuah fenomena dan peristiwa kebudayaan dengan ciri lokalitas dan kekayaan khazanah Nusantara yang kental dalam pola penyajian yang unik. Opini itu pun sempat ia tumpahkan dalam sebuah tulisan bertajuk “Egalitarianisme Jamaah Jazziyah di Majelis Ngayogjazz” yang sempat dimuat di media massa pada beberapa waktu yang lalu.

“Ngayogjazz bukan hanya bersifat tontonan tapi majelis yang berisi tuntunan yang sangat sublimatif. Siapa jamahnya? Yaitu penonton. Siapa mubalighnya? Yaitu para penampil,” tukasnya. (rollingstone.co.id)