News

NTRL Rilis Album ke-25, "XXV"

17 Mei 2018

Sepanjang 25 tahun rentang perak kariernya, grup punk rock NTRL telah merilis 160 lagu dengan rangkaian 14 perbendaharaan album. 

Kini, setelah merilis single pertama "Zero Toleransi" pada 4 Mei 2018 lalu, trio Bagus-Eno-Coki meluncurkan hidangan utamanya, album XXV yang berisi tujuh lagu baru dengan musik modern yang menghimpun eksplorasi riff anyar NTRL dalam kurun tiga tahun terakhir. 

Album ini bisa disebut sebagai mini antologi karena dijejali aransemen ulang dari 19 lagu lama sejak era "Wa...Lah!!!", "Pucat Pedih Serang" sampai "Haru Biru", "Pertempuran Hati" dan "Garuda di Dadaku" agar tercipta jembatan bagi penggemar lama dan baru, sehingga karya-karya NTRL dapat terus lestari dan terpugar abadi. 

Sedangkan tujuh lagu baru dalam XXV merupakan adaptasi NTRL terhadap kancah musik rock hari ini, termasuk mengajak pemain synthiezer Aria Prayogi untuk menghasilkan nuansa elektronik 80-an di lagu "Mimpi", "Mantra", "Getir" dan "Anti Materi". 

Progresi tersebut kemudian didukung oleh proses rekaman dengan fasilitas teknologi kelas wahid studio Shoemaker.

"Kami sangat serius memperhatikan kualitas album ini, teknik yang digunakan adalah wall of sound dengan metode semi-live supaya kedengaran lebih nampol," kata Coki. 

Album XXV dikerjakan dalam waktu dua bulan pada 2017 silam dan akan serentak diterbitkan pada 25 Mei 2018 via NTRL Records. 

Tersedia juga box set album yang bakal dirilis secara terbatas. Sebuah album yang tidak tanggung-tanggung, bermuatan 26 lagu dengan kombinasi 7 lagu baru dan 19 lagu lama yang diaransemen ulang. 

"Akhirnya kami bisa punya lagu baru lagi setelah tiga tahun, sekaligus juga memberikan rearrangement lagu-lagu lama terbaik kami," ucap Bagus. 

Single pertama XXV berjudul "Zero Toleransi". Lagu tersebut mencetak karakter paling mutakhir dari sound NTRL yang lebih tebal dan merangsang naluri untuk melompat meski temponya terpasang menengah. 
Dari departemen lirik, Bagus sekali lagi memotret wajah sosial masyarakat seraya menyindirkan kemunduran derajat manusia. Miskin toleransi, kerjaannya saling mengejar hawa nafsu dengan teori hati nurani. 

"Yang kuat yang punya kuasa, bisa bertindak semaunya," kata Bagus lagi. (entertainment.kompas.com)