News

Sempat Ditolak, Feel Koplo Buat Dangdut Makin Cair

10 Juli 2021

Di kalangan para penggemar pesta, bukan hal yang baru bila ada kelab yang menolak memutarkan lagu dangdut. Jangankan dangdut, beberapa kelab malam malah melarang disjokinya memutarkan lagu lokal.

Namun, aturan itu mulai menghilang dimulai sejak sekitar medio 2018. Sejumlah disjoki dan selekta musik, tak lagi ragu memutarkan musik lokal, sebut saja Diskoria, Diskopantera, Pemuda Sinar Mas, dan lain-lain.

Dalam era yang sama, Feel Koplo, duo disjoki asal Bandung yang beranggotakan Maulfi Ikhsan dan Tendi Ahmad, justru hadir memberikan warna baru. Mereka membawakan ulang lagu pop Indonesia dengan nuansa dangdut.

Tidak berlebihan bila dapat dibilang, berkat Feel Koplo, musik dangdut akhirnya bisa berkumandang di berbagai kelab malam papan atas di kota besar.

Feel Koplo mengakui embuat dangdut semakin cair dan diterima berbagai kalangan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ikhsan dan Tendi mengaku mereka sempat mendapatkan penolakan sebelum akhirnya bisa tampil di kelab malam kelas atas.

Bahkan, penolakan itu datang pertama kali dari sebuah bar di Bandung, kota asal mereka. Keduanya mengaku justru lebih dulu bisa diterima di Jakarta.

"Bangga juga sih kami pada akhirnya, tadinya nggak terlalu serius banget, ramai-ramai untuk teman-teman dekat saja, ternyata responsnya lumayan. Gimana pada akhirnya bisa diterima tuh sebenarnya nggak langsung diterima juga sih," buka Ikhsan dalam wawancara dengan detikcom.

"Sempat di Bandung juga mau bikin acara di bar and resto gitu lah. Penyelenggaranya mintanya Feel Koplo. Pas dengar nama Feel Koplo, (pemilik tempat bertanya) itu genre musiknya kayak gimana? (Dijawab) dangdut-dangdut gitu. Nggak mau si pihak tempat. (Kata pemilik tempat) jangan dulu lah, hiphop saja atau nggak R&B," kenang Ikhsan.

Penolakan tersebut tidak membuat Feel Koplo patah semangat. Walau kesal, tawaran dari salah seorang teman akhirnya menjadi penghibur bagi mereka.

Ditolak di Bandung, mereka justru ditawari tampil di sebuah restoran dan bar ternama yang terletak di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan. Rupanya penampilan mereka di bar itu menjadi salah satu panggung yang membuat mereka kian dikenal.

"Mau ngundang, yaudah Feel Koplo main saja di Jakarta. Di gedung lantai berapa, nggak ada gedung sebagus itu di Bandung," ujar Ikhsan. "Sebenarnya awal mula 'pecah'-nya dari situ. Ya ternyata respons orang di Jakarta lebih awal daripada di Bandung. Setelah main di situ barulah tempat-tempat di Bandung mau diterima," sambung dia.

Selain karena diterima di Ibu Kota, nama Feel Koplo kian dikenal karena para musisi yang lagunya kerap mereka bawakan ulang mengapresiasi hasil remix mereka. "Lagu-lagu yang kami remix tuh posting, akun-aku bandnya nge-up juga. Ternyata orang yang punya lagu pun mengapresiasi," jelas Ikhsan.

Selama ini dangdut dekat dengan citranya sebagai musik akar rumput. Pertengkaran dangdut vs rock antara Rhoma Irama dan Benny Soebardja di era 1970-an bertanggung jawab turut mempertebal anggapan itu.

Tahun demi tahun berganti, rupanya sekat pemisah itu hilang juga oleh generasi yang baru. Feel Koplo adalah contoh nyatanya. Mereka mampu membawa musik dangdut dinikmati oleh kaum kelas menangah hingga atas, mereka yang dianggap kaum berada.

Salah satu pengalaman manggung paling berkesan Feel Koplo adalah ketika mereka diundang ke Yogyakarta. Di kota mereka, mereka diminta bermain di salah satu restoran dan kelab malam kenamaan.

"Owner-nya (membuat aturan) lagu indonesia saja nggak boleh nge-play di situ. si ownernya bilang cobain deh, berani lah Feel Koplo cobain," tutur Tendi.

"Jadi club tiga lantai, lantai satu resto, lantai dua untuk DJ yang nggak terlalu party, yang chill, yang lantai tiga memang club yang lampu-lampu gemerlap banget. Jadi si ownernya yuk Feel Koplo main pertama di lantai dua, penuh rame. Trs cobain di lantai tiga, pertama kali musik dangdut dimainin di club-club," urai Ikhsan.

Bagi Feel Koplo, gelombang dangdut yang pada akhirnya menjadi semakin cair dan dapat dinikmati semua kalangan tidak semata-mata hasil dari jerih payah mereka. Ada berbagai faktor yang membuat hal itu bisa terjadi.

Tendi dan Ikhsan sepakat, secara kebetulan, mereka muncul di waktu yang tepat ketika lagu Indonesia, baik pop maupun genre lainnya, mulai diperbolehkan diputar di pesta oleh berbagai kelab malam. Mereka juga muncul di masa-masa ketika pesta karaoke mulai diminati.

Selain itu, kolektif disjoki dan selekta musik serupa pun bermunculan. "Selain Feel Koplo, muncul lagi yang baru-baru. Di Bandung saja ada dua, terus di Bali, di Jogja," kata Tendi.

Hal itu bagi mereka semakin memperkuat gelombang yang mereka ciptakan. "Jadi wave-nya lebih kuat. Ya semakin banyak yang melakukan, semoga hype-nya ada terus," harap Ikhsan.

Mengangkat musik dangdut, Feel Koplo tidak hanya tampil di pesta-pesta kota besar. Mereka pun pernah tampil di acara dangdut, berbagi panggung dengan para pedangdut.

Bagi Feel Koplo, hal itu menjadi salah satu hal seru sekaligus pengalaman manggung yang tak pernah mereka lupakan.

Meski awalnya gugup karena harus tampil dalam suasana yang benar-benar berbeda, Ikhsan dan Tendi pada akhirnya merasa dapat menguasai panggung dengan baik.

"Itu mah emang acara dangdut, semua roots-nya dangdut. Lumayan tegang, mungkin DJ dangdut, yang kaya Feel Koplo takutnya (penonton) kaget. Yang biasa nonton dangdut ada penyanyinya, ini cuman berdua doang pake laptop, controller, digital lah. Takutnya nggak diterima. Ya, sebenarnya gue pribadi punya rasa takut itu di acara-acara yang sebelumnya belum pernah. Ternyata warga-warga masih nerima. Seru-seru," ungkap Ikhsan. (hot.detik.com)