News
Lokananta Luncurkan Perpustakaan Digital Arsip Musik
Perusahaan rekaman dan studio musik legendaris Lokananta secara resmi meluncurkan perpustakaan digital untuk koleksi arsip yang dimiliki Lokananta. Koleksi berupa foto, artikel, berita, dan sample audio dengan durasi setengah dari durasi aslinya. Publik bisa mengakses berbagai koleksi dengan gratis melalui situs Lokananta Musik.
Perpustakaan digital Lokananta terealisasi melalui kerja sama Perum Percetakan Negara Republik Indonesia Cabang Surakata selaku pengelola Lokananta dan anak-anak muda yang tergabung dalam nama Lokananta Project. Kelompok yang terdiri dari penulis, fotografer, dan desainer muda ini melakukan digitalisasi secara independen.
Dalam wawancara, project manager digitalisasi arsip Lokananta Syaura Qotrunada menceritakan, “Pengerjaan digital dilakukan bersama teman-teman memakai laptop dan scanner. Transfer data (juga dilakukan) dengan teman-teman.” Dana didapatkan dari Djarum Foundation dan donatur.
Lokananta Project adalah bentuk kepedulian anak-anak muda terhadap arsip yang selama ini tersimpan dan belum didengarkan oleh masyarakat luas. Selain pembuatan perpustakaan digital, rencananya akan dirilis buku mengenai Lokananta yang diterbitkan pada pertengahan 2016. Akan ada juga penyerahan pengelolaan perpustakaan digital yang sepenuhnya diberikan kepada Lokananta.
Menurut Syaura, “Lokananta ikut terlibat dalam akses ke data-data untuk perpustakaan digital dan memberikan informasi tentang narasumber yang bisa diwawancara untuk konten buku. Tidak diberi kebebasan mutlak, tapi kami diperbolehkan mengolah data mereka atas sepengetahuan dan izin dari Lokananta. Data yang dipinjam juga tidak boleh keluar ke pihak lain kecuali yang memang sudah sepakat untuk dirilis.”
Situs Lokananta Musik sudah dibuka oleh publik. Beberapa album dari musisi lawas seperti Eka Djaja Combo, Orkes Sendja Meraju, Orkes Irama Turang, dan lainnya sudah bisa didengarkan. Semuanya adalah arsip Lokananta ketika perusahaan ini masih aktif menjadi studio rekaman, pabrik piringan hitam, dan wadah distribusi untuk pemutaran di Radio Republik Indonesia.
Bisa dilihat juga foto-foto klasik dari Perayaan HUT RI 1975, Peresmian Studio Baru, Kunjungan Menteri Penerangan Harmoko dan foto-foto terkait Lokananta lainnya. Artikel tentang Lokananta yang ditulis oleh Ayos Purwoaji dan Fakhri Zakaria dan pernah dimuat di majalah Rolling Stone Indonesia juga dipublikasikan di situs.
Usaha mendokumentasikan sejarah musik secara digital bukan pertama kali dilakukan. Sebelumnya ada situs Irama Nusantara yang dipelopori oleh David Tarigan sejak 2013. Dalam situs tersebut, diunggah album musik dari masa lalu yang diambil dari piringan hitam aslinya.
Perhatian pada usaha dokumentasi karya musik memang tergolong rendah, baik itu dari pemerintah maupun publik. Sejauh ini yang cukup mendekati secara fisik adalah Museum Musik Indonesia. Museum yang didirikan di Malang ini menyimpan lebih dari delapan ribu koleksi musik dari Indonesia maupun mancanegara.
Telah banyak usaha dilakukan untuk menyelamatkan Lokananta. Dalam beberapa tahun terakhir berbagai kegiatan musik dilakukan untuk mengembalikan perhatian masyarakat kepada artefak penting dunia musik Indonesia ini. Glenn Fredly merilis album Live at Lokananta (2014), White Shoes & The Couples Company merekam Menyanyikan Lagu-Lagu Daerah (2013) di studio rekaman Lokananta. Pada tahun lalu sempat juga digelar Lokananta Fest untuk menarik minat anak muda kepada Lokananta. (rollingstone.co.id)
Other News
-
01 November 2024
-
01 Oktober 2024
-
01 September 2024
-
01 Agustus 2024