News

Seringai Cerita Proses di Balik Penggarapan Album

05 Februari 2021

Sebagai band cadas, Seringai telah memiliki ciri khas musiknya sendiri. Mereka juga terbilang produktif mengeluarkan sejumlah album, di antaranya High Octane Rock (2004), Serigala Militia (2007), Taring (2012), dan Seperti Api (2018).

Meski memiliki ciri khas yang mereka coba jaga, tapi band beranggotakan Arian (vokal), Edy Khemod (drum), Ricky Siahaan (gitar) dan Sammy Bramantyo (bass) itu mengaku tidak ingin mengeluarkan nuansa lagu yang seragam pada tiap albumnya.

Bukan tanpa alasan, menurut Ricky Siahaan, mendengarkan sebuah album secara penuh layaknya perjalanan. Dalam sebuah perjalanan, suasana yang dirasakan tidak selalu sama.

Maka setiap kali hendak merilis album, Seringai mencoba menawarkan beberapa alternatif nuansa lagu kepada pendengarnya.

"Intinya kami bikin lagu yang kami suka, kayaknya kalau ada lagu seperti ini, kayaknya ini cocok. Karena dengan ada yang mid tempo, ada yang pelan, yang cepat, ada yang intens dalam album itu penting. Karena album itu kan perjalanan," tutur Ricky dalam konferensi pers virtual, baru-baru ini.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Arian. Menurut dia, variasi dibutuhkan agar susunan lagu dalam album tidak terdengar monoton.

"Memang dalam satu penulisan album Seringai, kami bikinnya variatif, kalau lagu yang terlalu sama, jutsu antara dibuang atau digabungkan dengan lagu lain," jelas Arian.

Pada kesempatan yang sama, Seringai juga bercerita tantangan yang kerap mereka hadapi ketika menggarap album. Arian menyebutkan salah satu kendala terbesar adalah bagaimana mencocokan jadwal para personel untuk bersama-sama menggarap materi di studio.

Sebab, masing-masing personel Seringai memiliki kesibukan masing-masing di luar band.

"Menurut gue, kendala paling utama Seringai untuk berkarya itu adalah untuk mengorganisir waktu masing-masing personel. Organize waktu itu yang lumayan, kami sadar, kalau kami harus punya kerjaan masing-masing, yang jadi masalah untuk balik lagi ke Seringai, mengorganisir waktunya aja," terang Arian.

Ricky tidak menampik bahwa para personel Seringai pastinya pernah merasakan kebingungan ketika membuat karya. Kebingungan itu, diakui Ricky, lebih disebabkan karena adanya keinginan untuk menyuguhkan sesuatu yang berbeda dari yang sebelumnya pernah mereka kerjakan.

Akan tetapi, ada satu hal yang menjaga mereka sehingga tidak pernah kehabisan ide, yaitu mengingat kembali tujuan awal mereka bergabung dalam satu band.

"Kalau dari gue, ada nggak waktu kami mentok, itu pasti ada sih, kami pernah mengalami itu, mau kayak gimana lagi, ya? Dulu karena Seringai awal-awal sangat spontan buat lagu kayak apapun kok kayaknya belum pernah ada yang seperti itu, jadi kami merasa berbeda satu sama lain," cerita Ricky.

"Cuman setelah beberapa album kami lebih detil untuk menciptakan sesuatu yang fresh. Tapi, kami nggak pingin berlama-lama, berlarut-larut memikirkan itu. Kami ingat lagi, kami ada di sini untuk apa. Kami memang sekumpulan teman yang ingin senang-senang itu jadi menu kami selalu ketika kami bikin karya," sambung dia.

Menurut Ricky, meski proses kreatif dalam penggarapan album kerap memakan waktu. Namun, para personel Seringai mencoba untuk menikmati proses tersebut.

"Kami selalu bawa senang saja. Memang prosesnya menjadi lebih panjang untuk menemukan formula yang seru, yang fresh lah. Tapi itu selalu kami coba. Kami mencoba untuk tidak mengeluh tapi bikin aja dulu," kata Ricky lagi.

Saat ini, Seringai mengaku sedang mulai menggarap materi untuk album baru. Namun, Ricky Siahaan menegaskan mereka tidak terburu-buru untuk menyelesaikan albumnya dengan segera.

"Sekarang ada tiga sampai empat lagu yang kami bikin. Memang kebentur masalah waktu, masalah pandemi. Kemudian, Arian sempet sakit, sempat dalam penyembuhan. Jadi nggak ngejar yang gimana-gimana atau buru-buru," jelasnya. (hot.detik.com)